Tekanan COVID-19, Kesadaran Diri dan Dampaknya Pada Psychology
Sejak kemarin, Senin (30/3) Indonesia mencatat telah memiliki pasien positif COVID-19 sebanyak 1.414 jiwa. Dari jumlah tersebut Pulau Jawa memiliki jumlah terbanyak dibandingkan pulau-pulau lainnya di seluruh Indonesia yaitu lebih dari 1.200 pasien dengan Jakarta sebagai provinsi yang paling banyak terjangkit yakni sebanyak 701 jiwa, disusul Banten, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah dan DIY.
Akibatnya, kondisi ini membuat masyarakat yang berada di pulau Jawa semakin mencengkam, tak terkecuali masyarakat dipulau lain. Apalagi dengan munculnya berbagai penelitian dan statment dari sejumlah pakar kesehatan dari berbagai universitas ternama di Indonesia yang memprediksi jumlah pasien akan terus bertambah sampai bulan Juni. Bahkan diperkirakan bisa mencapai 500 ribu hingga 1 juta pasien positif jika tidak diatasi secara baik dan masif.
Hal ini disebabkan karena sistim kesehatan Indonesia yang dinilai belum siap menghadapi goncangan C-19 dibandingkan Tiongkok. Selain itu, masi banyak masyarakat Indonesia khususnya yang berada di wilayah padat penduduk seperti pulau Jawa kurang memiliki kesadaran untuk melakukan semua himbauan pemerintah terkait langkah-langkah pencegahan penyebaran COVID-19 juga menjadi faktor mengapa angka penyebaran terus bertambah.
Untuk perilaku hidup bersih sehat mungkin bisa diterapkan, namun anjuran social distancing (menjaga jarak) masih terlalu sulit diterapkan bagi sebagian besar masyarakat dengan kondisi ekonomi keluarga yang lemah. Tak kerja, maka tak ada makanan. Pemerintah harus pikirkan soal ini.
Saya pribadi telah melakukan itu (social distancing). Sejak ditemukan kasus pertama di Depok, Jawa Barat, Senin (2/3) lalu, pembatasan aktivitas diluar rumah (kosan saya) dan menjaga jarak dengan orang telah saya lakukan .
Bahkan seluruh keperluan pencegahan Covid-19 seperti hand sanitizer sebagai pengganti cuci tangan, masker untuk melindungi hidung dan mulut jika hendak keluar, semprotan disinfektan untuk digunakan pada barang-barang yg sering saya sentuh (hp, gagang pintu, laptop, dll) sudah saya siapkan sejak awal.
Hingga saat ini, terhitung sejak 8 Maret sudah lebih dari tiga Minggu saya telah melakukan social distancing secara ketat dengan menjaga jarak, tetap berdiam diri kamar kosan, dan menghindari kontak fisik secara langsung dengan orang lain.
Bayangkan, berada dalam kamar kos sempit yang hanya berukuran 3×4 meter persegi. Nyaris tidak keluar kamar, tanpa bersosialisasi dengan teman, tidak bersentuhan langsung dengan orang, keluar hanya selama 5 menit untuk membeli makanan dan setelah itu kembali lagi ke kamar. Itu saya lakukan hingga saat ini. Dan syukur alhamdullilah puji Tuhan saya masih dalam keadaan sehat tanpa ada gejala apapun pun hingga saat ini 😁
Namun, yang saya lakukan itu berjalan baru tiga minggu. Pertanyaannya, apa jadinya jika wabah ini terus berlangsung hingga bulan Juni seperti yang diprediksikan beberapa pakar kesehatan Indonesia? Artinya kita harus tetap melakukan social distancing selama 3 bulan kedepan. Bisa? Semoga saja bisa, tapi jelas sulit 😅 Karna kalau berada dirumah sendiri sih enak, tapi ini...... ah sudahlah 😅🙈
Dari beberapa artikel yg saya baca, perilaku hidup seperti ini ternyata berdampak pada kondisi psychology individu. Eli Lebowitz, seorang pakar psikologi dari Yale University, Amerika Serikat, mengatakan isolasi sosial secara berkepanjangan memiliki konsekuensi seperti depresi, kepanikan dan berujung pada kesehatan mental. Akibatnya individu yang menjalani perilaku itu malah akan terjerumus pada kegiatan negatif seperti narkoba dan sebagainya.
Nah, untuk meminimalisir luka psikologis akibat virus, tetap berhubungan dengan keluarga dan teman-teman (bila jauh bisa melalui telepon/video call) adalah hal yang perlu dilakukan. Karena dengan mengetahui bahwa seseorang tidak sendirian dalam masa sulit juga dapat meringankan situasi yang penuh tekanan. Selain itu, melakukan aktivitas fisik (bukan kontak fisik), tidur yang cukup, dan makan makanan bergizi, adalah hal-hal yang juga harus dilakukan untuk saat ini.
Semoga kita semua bisa secara sukarela mau mengikuti seluruh himbauan yang diberikan pemerintah demi dan untuk memutuskan mata rantai penyebaran C-19 ini.
Komentar
Posting Komentar